Saturday, August 16, 2025

Refleksi HUT ke-80 RI dalam Dunia Pendidikan

Pada tanggal 17 Agustus 2025 bangsa Indonesia merayakan 80 tahun kemerdekaan, sebuah perjalanan panjang dari bangsa yang berjuang melawan penjajahan hingga menjadi bangsa yang berdaulat, merdeka, dan terus bergerak menuju kemajuan. Tema peringatan tahun ini, “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”, bukan hanya semboyan, melainkan panggilan moral bagi seluruh anak bangsa untuk terus menjaga persatuan, menguatkan kedaulatan, memperjuangkan kesejahteraan rakyat, dan mewujudkan kemajuan Indonesia.

Dalam konteks pendidikan, kemerdekaan bukan sekadar bebas dari belenggu penjajahan fisik, melainkan juga kemerdekaan batin dan pikiran. Hal ini sejalan dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, yang menegaskan bahwa “pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak”. Pendidikan sejatinya adalah jalan untuk menuntun manusia agar tumbuh menjadi pribadi merdeka, mandiri, serta mampu menunaikan tugas kemanusiaannya.

Kemerdekaan dalam Pendidikan: Jiwa Merdeka untuk Indonesia Maju

Kemerdekaan pendidikan berarti memberi ruang bagi murid untuk berpikir, berkreasi, dan berinovasi tanpa takut salah. Seorang murid yang merdeka bukan hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga berani mengambil keputusan, mampu bekerja sama, serta berkarakter kuat dalam menghadapi tantangan zaman. Inilah wujud nyata dari “berdaulat” dalam pendidikan: murid menjadi subjek yang aktif, bukan objek yang hanya menerima.

Filosofi Ki Hadjar Dewantara mengajarkan tiga semboyan yang masih relevan hingga kini:

  • Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan memberi teladan): guru dan pendidik menjadi panutan integritas, keilmuan, dan kebijaksanaan.
  • Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat): guru hadir mendampingi, memberi motivasi, dan menumbuhkan kreativitas murid.
  • Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan): guru memberi ruang kebebasan, mendukung murid agar mandiri, dan percaya pada kemampuannya.

Ketiga semboyan ini adalah fondasi pendidikan merdeka, pendidikan yang tidak mengekang, tetapi membebaskan; tidak menyeragamkan, tetapi memerdekakan potensi unik setiap anak.

Kemerdekaan Guru dan Dosen: Pendidik yang Merdeka, Pendidik yang Memerdekakan

Kemerdekaan dalam pendidikan tidak hanya milik murid, tetapi juga harus dirasakan oleh para guru dan dosen. Mereka adalah garda terdepan yang menuntun generasi bangsa, sehingga mereka pun berhak merdeka dalam:

  1. Berpikir dan Berkreasi – Guru dan dosen harus diberi ruang untuk menghadirkan metode pembelajaran yang inovatif, kontekstual, dan sesuai kebutuhan zaman, tanpa dibatasi oleh birokrasi yang kaku.
  2. Berkarya dan Mengembangkan Potensi Diri – Kemerdekaan berarti memberi kesempatan kepada pendidik untuk terus belajar, meneliti, menulis, dan menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat dan dunia akademik.
  3. Membangun Karier dengan Martabat– Guru dan dosen yang merdeka adalah mereka yang dihargai bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai ilmuwan, teladan moral, dan motor perubahan sosial.

Ki Hadjar Dewantara pernah menegaskan, “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.” Maka, guru dan dosen haruslah dipandang sebagai pribadi yang terus bertumbuh, merdeka mengembangkan diri, agar mampu memerdekakan orang lain melalui karya dan keteladanan.

Dengan kemerdekaan itu, pendidik akan semakin percaya diri, berdaya, dan mampu membawa murid serta mahasiswa menuju cakrawala baru: sebuah Indonesia yang cerdas, bermartabat, dan maju.

Pendidikan sebagai Jalan Kesejahteraan dan Kemajuan

Tema besar HUT ke-80 RI mengajak kita untuk melihat bahwa bangsa yang maju adalah bangsa dengan rakyatnya yang sejahtera, dan kesejahteraan rakyat akan diraih dengan pendidikan yang merata, adil, dan bermutu.

Pendidikan bukan hanya investasi pengetahuan, tetapi juga investasi moral dan sosial. Seorang anak yang dididik dengan baik akan tumbuh menjadi warga negara yang peduli, berkarakter, dan mampu mengabdi bagi bangsanya. Pendidikan yang memerdekakan akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh, adaptif, dan siap bersaing di dunia global.

Dalam momentum 80 tahun kemerdekaan ini, kita diingatkan bahwa tugas besar pendidikan adalah membentuk manusia merdeka yang mampu memerdekakan orang lain. Inilah titik tolak menuju Indonesia yang benar-benar maju.

Dari Kemerdekaan Menuju Peradaban

Hari ulang tahun ke-80 RI bukan sekadar perayaan simbolik, melainkan cermin perjalanan bangsa sekaligus kompas untuk melangkah ke depan. Dengan bersatu, kita memperkuat kedaulatan; dengan kedaulatan, kita mewujudkan kesejahteraan; dan dengan kesejahteraan, kita membuka jalan menuju Indonesia maju.

Dalam dunia pendidikan, cita-cita itu hanya bisa diwujudkan bila kita setia pada filosofi Ki Hadjar Dewantara: menuntun murid agar merdeka lahir batin, memiliki akhlak mulia, berdaya pikir, dan berdaya cipta. Namun, itu semua hanya mungkin jika para guru dan dosen juga merdeka untuk berkarya, berinovasi, dan berkembang.

Merdeka belajar sejatinya adalah merdeka untuk mengabdi kepada bangsa dan kemanusiaan. Dengan pendidikan yang memerdekakan murid dan memerdekakan pendidik, Indonesia akan melangkah lebih tegap menuju masa depan, menjadi bangsa yang berdaulat, sejahtera, dan maju.

Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia!

Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju.

No comments:

Post a Comment

Urgensi Servant Leadership di Era Ketidakpastian: Ketika Kepercayaan Menjadi Mata Uang Kepemimpinan

Di tengah perubahan sosial yang semakin cepat, pembahasan mengenai trust dalam kepemimpinan terus mengemuka. Tidak hanya di ranah pemerintah...