Sebagai
pendidik, pernahkah kita merenung: bagaimana wujud bela negara di ruang
kelas hari ini? Apakah cukup dengan mengajarkan matematika, sains,
atau bahasa? Atau ada tanggung jawab moral yang jauh lebih besar, yakni menjaga
kesadaran kebangsaan generasi muda di tengah derasnya arus digital?
Bela
Negara: Hakikat dan Kewajiban Kita
Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2002 menegaskan bahwa bela negara adalah hak sekaligus kewajiban
setiap warga negara. Artinya, bela negara bukan hanya tugas tentara di
medan pertempuran, tetapi juga tugas guru di ruang kelas, pelajar, mahasiswa,
orang tua, masyarakat hingga birokrat dalam pelayanan publik.
Permenhan
Nomor 8 Tahun 2022 bahkan menegaskan bahwa sekolah adalah ruang strategis
pembinaan bela negara. Ini adalah pesan kuat: pendidikan tidak hanya
mencerdaskan otak, tetapi juga membentuk hati, meneguhkan jiwa, dan menanamkan
kesetiaan kepada Pancasila serta Indonesia.
Era VUCA
dan Banjir Informasi sebagai Ujian Kebangsaan
Hari ini,
kita hidup di era VUCA: perubahan yang cepat (Volatility),
ketidakpastian (Uncertainty), kompleksitas (Complexity), dan
ambiguitas (Ambiguity). Dalam situasi ini, kebenaran sering kabur di
antara tumpukan informasi.
Kita
menyaksikan bagaimana gawai di tangan siswa bisa menjadi jendela ilmu
pengetahuan sekaligus pintu masuk hoaks dan ujaran kebencian. Tanpa kesadaran
kritis, mereka bisa menjadi korban, bahkan tanpa sadar ikut menyebarkan ancaman
yang merusak persatuan bangsa. Di sinilah literasi digital menjadi
wajah baru bela negara.
Sekolah
sebagai Benteng Bela Negara
Kita percaya,
ruang kelas adalah benteng kebangsaan. Di sanalah generasi muda
ditempa, bukan hanya dengan buku dan angka, tetapi dengan nilai, kesadaran, dan
kepekaan hati. Di dalamnya, pengetahuan bertemu dengan karakter, dan ilmu
berpadu dengan kebijaksanaan.
Setiap
percakapan, setiap pertanyaan, bahkan setiap keheningan dalam proses belajar
adalah kesempatan untuk menanamkan rasa cinta tanah air. Di balik diskusi yang
tampak sederhana, tersembunyi latihan berpikir kritis agar siswa tidak mudah
terombang-ambing oleh derasnya informasi. Di balik kerja sama antarsiswa, lahir
semangat kebersamaan yang menjadi jantung peradaban bangsa.
Ruang
pendidikan adalah tempat di mana nilai kejujuran, disiplin, dan kepedulian
tumbuh secara alami. Dari sana, siswa belajar bahwa cinta tanah air bukan hanya
tentang simbol-simbol besar, melainkan tentang kebiasaan kecil yang terus
dipelihara: saling menghargai, berbagi peran, menegakkan integritas, dan
menjaga harmoni.
Bagi kita,
tulah hakikat bela negara di sekolah: menyiapkan generasi yang bukan
hanya cerdas dalam pikiran, tetapi juga teguh dalam jiwa, sehingga kelak
mereka mampu menjaga Indonesia, bukan hanya di batas wilayah, tetapi juga di
batas kesadaran dan peradaban.
Budaya
Nusantara sebagai Sumber Kekuatan
Kita
meyakini, kearifan Nusantara adalah fondasi bela negara yang tak lekang
oleh waktu. Nilai gotong royong, musyawarah, toleransi, dan kesetiaan pada
tanah air adalah warisan luhur yang harus dihidupkan di sekolah. Jika dahulu
nilai ini diwujudkan dengan perlawanan fisik terhadap penjajahan, kini
diwujudkan dengan menjaga persatuan, melawan disinformasi, dan meneguhkan
identitas bangsa di ruang maya.
Bela
Negara sebagai Literasi Jiwa
Bela negara hari ini bukan sekadar jargon, tetapi literasi jiwa. Ia
hadir ketika kita : Cerdas memilah informasi, bijak menggunakan teknologi,
menolak provokasi yang memecah belah, menjadikan ilmu pengetahuan sebagai
senjata peradaban.
Jika dulu
para pahlawan mengangkat bambu runcing, hari ini kita mengangkat literasi. Jika
dulu mereka menghadapi peluru, hari ini kita menghadapi hoaks dan degradasi
moral. Dan jika dulu mereka menjaga batas tanah air, hari ini kita
menjaga batas kesadaran dan identitas bangsa.
Tugas Kita
Sebagai Pendidik
Sebagai
pendidik, kita merasa terpanggil untuk menjadikan sekolah sebagai benteng bela
negara. Sebuah tempat di mana generasi tidak hanya cerdas secara akademik,
tetapi juga kuat secara moral dan tangguh dalam menjaga negeri.
Di ruang
kelas, di layar gawai, hingga di dunia maya, kita semua sedang diuji: apakah
kita sekadar pengguna teknologi, atau pejuang digital yang menjaga Indonesia
dengan kesadaran, literasi, dan cinta tanah air?
Mari kita
teguhkan kembali semangat ini. Karena pada akhirnya, bela negara adalah
tentang kesetiaan pada bangsa, kejujuran pada diri, dan cinta yang tak
pernah usai kepada Indonesia.
No comments:
Post a Comment