Wednesday, October 8, 2025

Kepemimpinan Transformasional di Era Keterbukaan Informasi: Menumbuhkan Growth Mindset di Tengah Tantangan VUCA

Oleh: Syaiful Rahman_Fas.Bela Negara

“Pemimpin hebat bukan sekadar memberi perintah, tetapi menyalakan semangat belajar dan menumbuhkan harapan.”

Konteks Perubahan Global dan Tantangan Pendidikan

Kita hidup di zaman yang bergerak dengan kecepatan luar biasa. Dunia pendidikan kini menghadapi realitas baru yang sering disebut sebagai era VUCA — sebuah kondisi yang penuh Volatility (gejolak perubahan), Uncertainty (ketidakpastian), Complexity (kerumitan), dan Ambiguity (ketidakjelasan).

Di era ini, informasi mengalir begitu cepat tanpa batas ruang dan waktu. Sumber belajar tidak lagi hanya berada di ruang kelas, melainkan tersebar di berbagai platform digital dan jaringan global.
Keterbukaan informasi membuat peserta didik tumbuh dalam lingkungan yang serba terhubung dan menuntut mereka untuk berpikir kritis, kreatif, adaptif, serta mampu memecahkan masalah yang kompleks.

Kondisi tersebut membawa dampak langsung terhadap cara kita memimpin dan mengelola pendidikan.
Pemimpin sekolah tidak cukup hanya menjadi pengarah teknis atau pengawas pembelajaran. Mereka harus mampu menjadi penggerak perubahan, pemberi inspirasi, dan pembangun budaya belajar yang berkelanjutan.

Dari Instruksi Menuju Transformasi

Selama beberapa dekade, paradigma kepemimpinan pendidikan banyak dipengaruhi oleh pendekatan instruksional.
Menurut Hallinger dan Murphy (1985), kepemimpinan instruksional berfokus pada bagaimana kepala sekolah merencanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran agar mencapai standar mutu yang diharapkan.

Pendekatan ini penting, terutama untuk menjaga keteraturan dan memastikan proses belajar berjalan sesuai tujuan kurikulum. Namun, di tengah disrupsi informasi yang cepat dan ekspektasi global yang terus berubah, gaya kepemimpinan ini menjadi kurang lentur.
Pemimpin yang hanya mengandalkan instruksi sering kali menghadapi kesulitan dalam menumbuhkan motivasi intrinsik, kreativitas, dan kolaborasi guru.

Instruksi memastikan keteraturan, tetapi inspirasi menumbuhkan kehidupan.

Kepemimpinan Transformasional: Menumbuhkan Daripada Mengatur

Kepemimpinan transformasional hadir sebagai jawaban atas kebutuhan zaman.
Menurut Bass dan Riggio (2006), pemimpin transformasional berfokus pada upaya membangun hubungan yang bermakna dengan pengikutnya, menanamkan visi yang kuat, serta menumbuhkan kesadaran dan komitmen bersama.

Pemimpin transformasional bukan sekadar pengendali proses, melainkan penyulut energi perubahan. Ia mampu melihat potensi di balik keterbatasan, dan mengubah rutinitas menjadi ruang pertumbuhan.
Dalam konteks sekolah, kepemimpinan ini tampak pada perilaku kepala sekolah yang:

  • Memberi kepercayaan dan ruang bagi guru untuk bereksperimen,

  • Mendorong refleksi diri dan pembelajaran berkelanjutan,

  • Menjadi teladan moral, serta

  • Menumbuhkan rasa bangga dan makna dalam bekerja.

Kepemimpinan semacam ini melahirkan lingkungan pendidikan yang hangat, terbuka, dan berorientasi pada pembelajaran sepanjang hayat.

Kepemimpinan Transformasional dan Growth Mindset

Salah satu fondasi penting kepemimpinan transformasional adalah growth mindset, atau pola pikir bertumbuh.
Gagasan yang dikemukakan oleh Carol Dweck (2006) ini menyatakan bahwa kemampuan seseorang tidak bersifat tetap, melainkan dapat berkembang melalui usaha, latihan, dan pengalaman belajar.

Pemimpin dengan growth mindset tidak memandang kesalahan sebagai kegagalan, melainkan sebagai proses belajar. Tidak menuntut kesempurnaan, tetapi menghargai setiap langkah kemajuan.
Dalam konteks organisasi pendidikan, sikap ini akan mendorong guru dan peserta didik untuk berani mencoba hal baru, terbuka terhadap umpan balik, serta berkomitmen pada pembelajaran yang terus-menerus.

“Pemimpin yang bertumbuh akan melahirkan komunitas yang bertumbuh.”

Kepemimpinan transformasional dan growth mindset adalah dua sisi dari koin yang sama. Keduanya menekankan pentingnya pemberdayaan manusia sebagai inti perubahan — bukan hanya sistem, struktur, atau teknologi.

Relevansi di Era Global dan Keterbukaan Informasi

Di tingkat global, organisasi pendidikan di seluruh dunia sedang bertransformasi menuju bentuk learning organization — organisasi yang mampu belajar, beradaptasi, dan berinovasi lebih cepat daripada perubahan yang terjadi.
Menurut Peter Senge (2006), organisasi yang belajar adalah tempat di mana orang secara terus-menerus memperluas kapasitas mereka untuk menciptakan hasil yang benar-benar diinginkan.

Dalam konteks ini, kepemimpinan transformasional menjadi krusial. Dengan menumbuhkan budaya belajar yang dinamis, mendorong kolaborasi lintas disiplin, serta menciptakan iklim psikologis yang aman untuk mencoba hal baru.
Pemimpin yang berpikir terbuka dan berorientasi pertumbuhan tidak takut terhadap perubahan — justru memanfaatkannya sebagai peluang untuk meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing bangsa.

Memimpin dengan Hati, Visi, dan Keberanian Bertumbuh

Era VUCA menuntut pemimpin pendidikan untuk berpikir sistemik, bertindak adaptif, dan berjiwa pembelajar.
Kepemimpinan transformasional menawarkan paradigma baru — dari mengatur menuju menumbuhkan, dari mengontrol menuju menginspirasi, dan dari stagnasi menuju pertumbuhan berkelanjutan.

Pemimpin transformasional bukan hanya manajer perubahan, tetapi arsitek masa depan pendidikan.
Seorang pemimpin yang menyalakan semangat, menumbuhkan keyakinan, dan memampukan setiap individu untuk berkembang di tengah ketidakpastian global.

“Seorang Pemimpin tidak hanya membentuk pengikut yang taat, tetapi lebih pada menumbuhkan pemimpin-pemimpin baru yang siap menghadapi dunia yang terus berubah.”

Referensi:

Bass, B. M., & Riggio, R. E. (2006). Transformational leadership (2nd ed.). Lawrence Erlbaum Associates.

Dweck, C. S. (2006). Mindset: The new psychology of success. Random House.

Hallinger, P., & Murphy, J. (1985). Assessing the instructional management behavior of principals. The Elementary School Journal, 86(2), 217–247. https://doi.org/10.1086/461445

Leithwood, K., & Jantzi, D. (2000). The effects of transformational leadership on organizational conditions and student engagement with school. Journal of Educational Administration, 38(2), 112–129. https://doi.org/10.1108/09578230010320064

Nguni, S., Sleegers, P., & Denessen, E. (2006). Transformational and transactional leadership effects on teachers’ job satisfaction, organizational commitment, and organizational citizenship behavior in primary schools: The Tanzanian case. School Effectiveness and School Improvement, 17(2), 145–177. https://doi.org/10.1080/09243450600565746

Senge, P. M. (2006). The fifth discipline: The art and practice of the learning organization. Doubleday.

No comments:

Post a Comment

Urgensi Servant Leadership di Era Ketidakpastian: Ketika Kepercayaan Menjadi Mata Uang Kepemimpinan

Di tengah perubahan sosial yang semakin cepat, pembahasan mengenai trust dalam kepemimpinan terus mengemuka. Tidak hanya di ranah pemerintah...