Dalam dinamika pendidikan masa kini, muncul tipe kepala sekolah yang tidak hanya memimpin dengan instruksi, tetapi dengan hati, visi, dan keberanian untuk membuka dirinya dievaluasi oleh warga sekolah. Sikap ini bukan sekadar kerendahan hati personal, tetapi merupakan cerminan dari teori-teori kepemimpinan modern yang memposisikan pemimpin sebagai pembelajar, pelayan, dan penggerak transformasi.
Fondasi Teoretis: Pemimpin yang Mendengar dan Mau Dikritik sebagai Servant Leader
Konsep Servant Leadership yang dikembangkan oleh Robert K. Greenleaf menekankan bahwa inti kepemimpinan adalah melayani mengutamakan pertumbuhan dan kesejahteraan orang lain.
Salah satu indikator seorang servant leader adalah kemauan untuk mendengar secara aktif dan menerima evaluasi.
Greenleaf menjelaskan bahwa Servant leader adalah pemimpin yang tidak merasa terancam oleh kritik, membuka ruang bagi suara warga organisasi dan menggunakan masukan sebagai dasar memperbaiki arah kepemimpinan.
Ketika seorang kepala sekolah meminta guru dan tenaga kependidikan untuk memberikan evaluasi terhadap dirinya, maka saat itu sedang menjalankan prinsip dasar Greenleaf, mendahulukan kebutuhan orang lain demi pertumbuhan bersama.
Perspektif Transformational Leadership: Pemimpin sebagai Teladan Perubahan
Bass & Avolio menyatakan bahwa pemimpin transformasional membangkitkan motivasi, meningkatkan kapasitas, dan menumbuhkan nilai bersama melalui empat dimensi utama (4I):
- Idealized Influence, Pemimpin menjadi teladan moral, termasuk teladan untuk berani disoroti dan tidak anti kritik.
- Inspirational Motivation, Pemimpin memotivasi melalui visi dan keterbukaan, bukan melalui instruksi kaku.
- Intellectual Stimulation, Pemimpin mengajak guru berpikir kritis, berefleksi, dan memberikan masukan tanpa takut disalahkan.
- Individualized Consideration, Pemimpin mendengarkan setiap individu sebagai bagian dari pertumbuhan organisasi.
Ketika pemimpin membuka ruang refleksi, maka sedang menjalankan intellectual stimulation, memberi isyarat bahwa semua orang bebas menyampaikan gagasan, tantangan, bahkan kritik demi kemajuan sekolah. Ini adalah wujud kepemimpinan transformasional yang memindahkan sekolah dari kultur "takut salah" menjadi kultur "berani berkembang".
Teori Reflektif Schön: Pemimpin sebagai Praktisi Reflektif
Donald Schön (1983) memperkenalkan konsep reflective practitioner, profesional yang terus mengkaji dirinya melalui reflection-in-action dan reflection-on-action.
Seorang kepala sekolah yang mengajak warga sekolah memberikan umpan balik, mengevaluasi kebijakannya secara berkala, dan siap memperbaiki diri, sesungguhnya sedang mempraktikkan teori Schön.
Pemimpin yang seperti ini memahami bahwa kompleksitas dunia pendidikan tidak dapat dihadapi dengan pengetahuan lama saja; perlu refleksi berkelanjutan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
Perspektif Distributed Leadership: Evaluasi sebagai Energi Kolaborasi
Dalam teori Distributed Leadership (Spillane, Harris), kepemimpinan tidak hanya dimiliki kepala sekolah, tetapi tersebar di antara guru, koordinator, dan tenaga kependidikan.
Pemimpin yang membuka diri untuk dievaluasi sedang menggeser pola:
❌ dari “kepemimpinan tunggal”,
✔️ menuju “kepemimpinan bersama”.
Dengan meminta masukan dari guru dan staf, kepala sekolah membangun rasa kepemilikan bersama, memperkuat kolaborasi, dan menegaskan bahwa perubahan adalah usaha kolektif, bukan instruksi struktural.
Inilah cara kepemimpinan modern membangun sekolah sebagai learning organization.
Dampak: Budaya Sekolah yang Sehat, Transparan, dan Dewasa
Berdasarkan teori-teori di atas, pemimpin yang mau dievaluasi menciptakan budaya yang:
- Transparan, Kritik dan refleksi bukan ancaman, tetapi bagian dari proses kerja.
- Aman secara psikologis, Konsep psychological safety (Amy Edmondson) tumbuh ketika pemimpin menunjukkan bahwa dirinya pun siap dikritik.
- Adaptif terhadap perubahan, Sekolah lebih siap menghadapi tantangan era VUCA karena budaya refleksi selalu hidup.
- Berorientasi mutu, Evaluasi tidak sekadar formalitas, tetapi menjadi mekanisme pembelajaran organisasi.
Evaluasi Sebagai Nafas Kepemimpinan Modern
Ketika seorang kepala sekolah membuka diri untuk dievaluasi, maka dia sedang membangun jembatan antara teori dan praktik kepemimpinan modern:
- Greenleaf menegaskan bahwa pemimpin yang melayani harus mau mendengar.
- Bass & Avolio menunjukkan bahwa pemimpin transformasional memberi ruang intelektual bagi kritik.
- Schön menekankan bahwa profesional yang matang adalah yang terus merefleksi diri.
- Spillane dan Harris mengajarkan bahwa kepemimpinan terbaik adalah kepemimpinan yang dibagi.
Maka, pemimpin yang siap dievaluasi bukan hanya pemimpin yang rendah hati, tetapi pemimpin yang ilmiah, progresif, dan visioner.
Dia tidak hanya memimpin perubahan, lebih dari itu yaitu menjadi perubahan itu sendiri.
No comments:
Post a Comment