Thursday, August 14, 2025

Pintar Saja Tak Cukup: Menanamkan Kebijaksanaan di Era Keterbukaan

Kita sedang berada di era yang paradoksal. Informasi melimpah, tetapi kebijaksanaan semakin langka. Pengetahuan ada di ujung jari, namun kemampuan memahami makna di baliknya kerap memudar. Murid kita tidak hidup dalam kelangkaan informasi seperti generasi sebelumnya, melainkan dalam banjir deras yang kadang membingungkan arah alirannya.

Di panggung digital hari ini, kebenaran dan kebohongan sering berdiri sejajar. Fakta bersanding dengan manipulasi. Semua tampil dalam kemasan yang tampak meyakinkan, menuntut daya kritis yang tinggi untuk membedakannya.

Pertanyaannya: Apakah pendidikan yang kita jalankan masih memegang ruh yang diwariskan Ki Hajar Dewantara "menuntun segala kekuatan kodrat anak menuju keselamatan dan kebahagiaan" atau justru terperangkap dalam rutinitas teknis yang mengaburkan arah? Apakah kita masih setia pada tujuan, atau sibuk menambal kebijakan tanpa menyalakan api filosofinya?

Di tengah arus informasi ini, peran guru berubah secara fundamental. Kita tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, peran itu sudah diambil alih oleh mesin pencari, media sosial, dan banyak kanal daring. Namun, justru di situlah letak tantangan dan keistimewaan kita: menjadi penuntun yang membentuk nalar, menajamkan rasa ingin tahu, dan menanamkan kebijaksanaan.

Guru hari ini bukan sekadar pengajar yang mengisi kepala murid, tetapi pelatih cara berpikir; bukan hanya pemberi jawaban, tetapi pembuka jalan bagi murid menemukan jawabannya sendiri.

Dalam situasi yang kompleks ini, pendidikan dituntut menjadi penjernih arus. Bagaimana pembelajaran mengajak murid menyelam, bukan hanya mengapung di permukaan informasi., melibatkan pikiran untuk menganalisis, hati untuk merasakan, dan tindakan untuk menguji. Sebab kepintaran tanpa kebijaksanaan hanyalah setengah jalan; sedang kebijaksanaan tanpa tindakan hanyalah mimpi.

Kita perlu kembali mengingat: kualitas pendidikan tidak diukur dari berapa cepat materi habis diajarkan, tetapi dari seberapa siap murid mengarungi hidup yang penuh ketidakpastian. Tugas kita adalah memastikan mereka bukan hanya tahu, tetapi mampu memahami; bukan hanya hafal, tetapi sanggup mengolah; bukan hanya cerdas, tetapi juga bijak.

Selama ruh pendidikan itu kita jaga, perubahan zaman tidak akan membuat kita kehilangan arah. Sebab di ujung perjalanan, tujuan kita tetap sama: membentuk manusia yang merdeka, berkarakter, dan memberi manfaat bagi bangsanya.

No comments:

Post a Comment

Urgensi Servant Leadership di Era Ketidakpastian: Ketika Kepercayaan Menjadi Mata Uang Kepemimpinan

Di tengah perubahan sosial yang semakin cepat, pembahasan mengenai trust dalam kepemimpinan terus mengemuka. Tidak hanya di ranah pemerintah...