Perubahan dalam dunia pendidikan sering kali digambarkan sebagai pergantian kurikulum. Namun pada kenyataannya, tidak semua pembaruan harus dilakukan dengan “menebang pohon dan menanam yang baru”. Dalam praktik kebijakan, sering terjadi proses yang lebih subtil, lebih perlahan, namun sangat fundamental: kurikulum tidak diganti, tetapi “akar” yang menopangnya diperbarui. Metafora ini dikenal sebagai sulam akar—sebuah proses mengganti akar secara bertahap hingga suatu hari pohon tetap terlihat sama, tetapi hakikatnya telah berubah karena akarnya telah berganti seluruhnya.
Sulam Akar: Metafora Perubahan yang Tidak Tampak
Sulam akar merupakan praktik tradisional dalam perawatan tanaman, di mana akar lama yang sudah tidak efektif digantikan sedikit demi sedikit dengan akar baru. Pohonnya masih pohon yang sama, batangnya tetap, rimbunannya tidak berubah secara drastis. Namun dari bawah tanah, fondasi kehidupannya telah berganti.
Dalam dunia pendidikan, fenomena serupa terjadi ketika:
- nama kurikulumnya tetap sama,
- struktur umumnya tidak berubah,
- dokumen resminya masih serupa,
tetapi nilai, orientasi, pendekatan, dan kebijakan operasionalnya berubah. Kurikulum seakan sama, tetapi ruhnya berbeda.
Ruh Kurikulum: Di Mana Letaknya?
Ruh kurikulum bukan pada dokumen, melainkan pada:paradigma belajar, arah kebijakan, praktik pembelajaran di ruang kelas, asesmen yang digunakan, budaya belajar yang dibangun, peran guru, siswa, dan sekolah.
Sehingga ketika kebijakan mengubah paradigma, menggeser fokus asesmen, atau memodifikasi orientasi belajar, maka ruh kurikulum sejatinya telah mengalami pergantian “akar”.
Perspektif Teoritis: Mengapa Sulam Akar Bisa Terjadi dalam Kurikulum?
a. Teori Hidden Curriculum (Jackson, 1968)
Jackson menjelaskan bahwa perubahan nyata dalam pendidikan sering terjadi bukan pada dokumen resmi, tetapi pada hidden curriculum—nilai, norma, dan praktik yang hidup di ruang kelas.
Ketika kebijakan menggeser nilai dan praktik, meskipun dokumen kurikulum tetap, maka akar sebenarnya telah diperbarui.
b. Curriculum as Praxis (Grundy, 1987)
Grundy menekankan bahwa kurikulum adalah praktik sosial. Artinya, kurikulum hidup melalui tindakan guru dan dinamika sekolah.
Jika kebijakan mengubah praktik dan cara berpikir guru (misalnya, dari teacher-centered menjadi student-centered), maka esensi kurikulum berubah meskipun dokumen tidak berganti.
c. Teori Perubahan Struktural Bertahap (Incrementalism – Lindblom, 1959)
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan kebijakan sering tidak dilakukan secara radikal, tetapi melalui langkah-langkah kecil, konsisten, dan terus menerus.
Ini serupa dengan sulam akar—perubahan kecil pada akar yang pada akhirnya mengubah keseluruhan pohon.
d. Policy Enactment Theory (Ball, Maguire & Braun, 2012)
Teori ini menegaskan bahwa kurikulum berubah ketika ditafsirkan dan diterapkan oleh para aktor pendidikan (guru, kepala sekolah, pembuat kebijakan).
Meskipun kurikulum secara formal tetap, interpretasi kebijakan yang berubah dapat menggeser makna kurikulum sehingga efeknya sama seperti mengganti akar pohon.
Ketika Akar Diganti, Pohon Berubah Tanpa Disadari
Dalam banyak kasus pendidikan: nama kurikulum tetap, buku teks masih sama, format dokumen tidak berubah. Tetapi orientasi seperti: pembelajaran berdiferensiasi, asesmen formatif, pembelajaran berbasis proyek, penumbuhan karakter, integrasi teknologi menjadi “akar baru” yang menggantikan akar lama. Guru yang tidak menyadari proses ini akan mengira tidak ada perubahan, padahal perubahan yang sebenarnya justru terjadi pada ruang tak terlihat—the unseen foundation.
Implikasi untuk Sekolah dan Guru
Metafora sulam akar mengajarkan bahwa guru harus peka terhadap perubahan paradigma, bukan sekadar dokumen;
- memahami bahwa kurikulum hidup di dalam kelas, bukan hanya dalam pedoman tertulis;
- menyadari bahwa kebijakan baru sering kali mengubah ruh kurikulum secara perlahan tetapi fundamental;
- menyiapkan diri untuk beradaptasi ketika akar baru mulai tumbuh;
- memperkuat literasi kebijakan agar tidak hanya menjalankan permukaan kurikulum, tetapi memahami kedalaman filosofinya.
Pohonnya Sama, Akar dan Ruhnya Berganti
Sulam akar adalah metafora yang tepat untuk menggambarkan perubahan kurikulum yang tidak tampak di permukaan tetapi mengubah substansinya.
Kurikulum bisa saja tetap bernama sama, namun nilai-nilai, orientasi belajar, dan kebijakan pelaksanaannya telah bertransformasi.
Pada akhirnya, ketika akar telah seluruhnya terganti, pohon itu bukan lagi pohon yang sama. Begitu pula kurikulum: ruh yang baru menjadikannya sistem pendidikan yang baru, meskipun wajahnya tampak tidak berubah.
No comments:
Post a Comment