Asesmen Formatif: Umpan Balik untuk Perbaikan Proses Belajar
Asesmen formatif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Tujuannya bukan untuk memberi nilai akhir, melainkan untuk melihat sejauh mana peserta didik memahami materi, apa kesulitannya, dan bagaimana guru dapat membantu mereka memperbaiki pemahaman.
Pelaksanaan asesmen formatif bisa dilakukan di awal pembelajaran (misalnya melalui pertanyaan pemantik atau pre-test), di tengah pembelajaran (misalnya dengan kuis singkat, tanya jawab, atau diskusi kelompok), maupun di akhir suatu langkah pembelajaran (misalnya dengan refleksi tertulis tentang apa yang dipelajari hari itu).
Hasil dari asesmen formatif tidak dijadikan dasar penilaian rapor atau kelulusan. Sebaliknya, hasil tersebut menjadi sumber informasi bagi guru dan siswa untuk memperbaiki strategi belajar. Dengan demikian, asesmen formatif berfungsi sebagai “assessment for learning” yang mendukung proses belajar sepanjang hayat.
Asesmen Sumatif: Gambaran Pencapaian Akhir
Berbeda dengan formatif, asesmen sumatif dilaksanakan pada akhir suatu unit, semester, atau tahun ajaran. Tujuannya adalah menilai sejauh mana peserta didik telah mencapai kompetensi yang ditargetkan. Asesmen ini biasanya digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan akademik, seperti pengisian rapor, kenaikan kelas, atau kelulusan.
Bentuk asesmen sumatif dapat beragam, mulai dari tes tertulis, tugas proyek, unjuk kerja, hingga portofolio. Pada jenjang PAUD, asesmen sumatif lebih diarahkan untuk memantau perkembangan anak, bukan sebagai alat penentu kenaikan kelas.
Melalui asesmen sumatif, guru memperoleh gambaran menyeluruh tentang keberhasilan pembelajaran, sementara peserta didik dan orang tua mendapatkan informasi objektif mengenai capaian belajar yang telah diraih.
Kapan dan Bagaimana Dilaksanakan?
Jika digambarkan secara sederhana:
Asesmen formatif dilaksanakan berulang kali selama pembelajaran, baik di awal, tengah, maupun akhir langkah pembelajaran. Bentuknya bisa berupa kuis, observasi, diskusi, pertanyaan pemantik, maupun refleksi.
Asesmen sumatif dilaksanakan di akhir periode tertentu, misalnya akhir unit, akhir semester, atau akhir fase. Bentuknya bisa berupa ujian tertulis, proyek akhir, portofolio, atau tugas performa.
Mengapa Keduanya Penting?
Kehadiran asesmen formatif dan sumatif sama-sama penting dalam proses pendidikan. Tanpa asesmen formatif, guru dan siswa kehilangan kesempatan untuk memperbaiki proses belajar secara cepat. Tanpa asesmen sumatif, guru, sekolah, dan orang tua kehilangan gambaran menyeluruh tentang capaian pembelajaran.
Keduanya ibarat dua sisi mata uang: asesmen formatif memastikan proses belajar berjalan efektif, sedangkan asesmen sumatif memastikan hasil belajar dapat diukur dan dipertanggungjawabkan. Dengan keseimbangan antara keduanya, pembelajaran tidak hanya berorientasi pada nilai, tetapi juga pada pengalaman belajar yang bermakna.
Asesmen dalam pembelajaran bukanlah sekadar angka di rapor. Ia adalah cermin yang membantu guru dan siswa melihat sejauh mana proses belajar berjalan, apa yang perlu diperbaiki, dan sejauh mana target kompetensi tercapai. Panduan Pembelajaran dan Asesmen 2025 mengingatkan kita bahwa asesmen formatif dan sumatif harus digunakan secara seimbang: formatif untuk membangun proses, sumatif untuk memastikan hasil.
Dengan memahami peran keduanya, kita dapat menciptakan pembelajaran yang lebih manusiawi, reflektif, dan bermakna sehingga tujuan pendidikan bukan hanya mencetak siswa yang berprestasi, tetapi juga pembelajar sepanjang hayat.

.png)




.png)
.png)
.png)
.png)
.png)
.png)
.png)